Gunungkidul, merupakan kabupaten yang terkenal akan keindahan pantainya. Pantai di Gunungkidul terkenal dengan pasir putih dan keindahanya yaitu Indrayanti, Sundak, Nglambor, Pok Tunggal, Jogan, Siung merupakan beberapa pantai yang ada di Gunungkidul.
Salah satu pantai yang menantang adalah pantai Timang, pantai ini terletak di antara Pantai Siung dan Pantai Sundak Gunungkidul. Keunikan pantai ini ialah terdapat sebuah pulau yang menjadi habitat lobster laut diseberang pantai.
Yang menjadikan Pantai timang istimewa adalah keberadaan gondola/kereta gantung untuk menyebrang dari Pantai Timang menuju Pulau Panjang. Gondola tersebut memiliki panjang kurang lebih 100 meter. Kereta gantung ini tidak semodern seperti kereta gantung pada umumnya.
Kereta gantung dibuat dengan bahan-bahan yang sangat sederhana, kotak yang mengangkut orang terbuat dari kayu dan menggunakan tambang sebagai penghubungnya. Sebenarnya, kereta gantung ini bukanlah fasilitas yang disediakan untuk kegiatan wisata.
Penasaran kan??? bagi kamu yang suka tantangan patut di coba deh. ^_^
Senin, 27 Oktober 2014
Kamis, 23 Oktober 2014
Sejarah tentang Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Sejarah Teknik Batik
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok.
Budaya Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
(Di postkan oleh www.id.wikipedia.org/wiki/Batik)
Sejarah Teknik Batik
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok.
Budaya Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
(Di postkan oleh www.id.wikipedia.org/wiki/Batik)
Gamelan Orkestra Ala Jawa
Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar.
Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.
Rabu, 22 Oktober 2014
Ngandong Beach
Who know paradise was this close??
Jogja is a city heavily associated with culture and the arts, not necessarily famous for its beaches. On the popular traveler's circuit, tourists flock eastward to the likes of Bali and Lombok for a beach holiday. Howefer, a white sand beach paradise with turquoise water lies just outside the city.
Ngandong beach is the real deal for seekers of privat, exotic beaches. The beach is located in Sidoarjo Village, tepus subdistrick, gunung kidul, Yogyakarta, about 55 km southeast of the city, which takes around two and a half hours to get to by car. Gudung kidul is a rocky area, famous fo its excotic caves, jutting cliffs and beautiful beaches. Its most popular beach attractions inlude, krakal, Kukup dan Sundak.
However, if you find those beaches too crowded with tourists, especially on the weekends or holiday season, put in a little effort to take the road less traveled. Take a walk heading east on Sundak's shoreline. In the cove behind the barrier reef, you will find a hidden beach paradise called Ngandong.
Like with other beaches in Gunung Kidul, in Ngandong, beautiful soft white sand meets stunning tuquoise sea. Ngandong is easily recognizable, its coastline curved, yet not too wide, with some small fishing boats moored on the shoreline. Fishermen perch on top of cliffs and a small island called Watuwalang island itself stands as a breakwater.
Ngandong's calm waves make for a nice swimming spot. The quiet beach, sheltered from the throngs of tourists found in nearby tourist attraction beaches, make Ngandong a nice place to get away from it all. Lodging facilities are available around the beach as are seafood stalls. Camping and grilling some fish over the bonfire is another suitable option for relaxation on this beach.
Jogja is a city heavily associated with culture and the arts, not necessarily famous for its beaches. On the popular traveler's circuit, tourists flock eastward to the likes of Bali and Lombok for a beach holiday. Howefer, a white sand beach paradise with turquoise water lies just outside the city.
Ngandong beach is the real deal for seekers of privat, exotic beaches. The beach is located in Sidoarjo Village, tepus subdistrick, gunung kidul, Yogyakarta, about 55 km southeast of the city, which takes around two and a half hours to get to by car. Gudung kidul is a rocky area, famous fo its excotic caves, jutting cliffs and beautiful beaches. Its most popular beach attractions inlude, krakal, Kukup dan Sundak.
However, if you find those beaches too crowded with tourists, especially on the weekends or holiday season, put in a little effort to take the road less traveled. Take a walk heading east on Sundak's shoreline. In the cove behind the barrier reef, you will find a hidden beach paradise called Ngandong.
Like with other beaches in Gunung Kidul, in Ngandong, beautiful soft white sand meets stunning tuquoise sea. Ngandong is easily recognizable, its coastline curved, yet not too wide, with some small fishing boats moored on the shoreline. Fishermen perch on top of cliffs and a small island called Watuwalang island itself stands as a breakwater.
Ngandong's calm waves make for a nice swimming spot. The quiet beach, sheltered from the throngs of tourists found in nearby tourist attraction beaches, make Ngandong a nice place to get away from it all. Lodging facilities are available around the beach as are seafood stalls. Camping and grilling some fish over the bonfire is another suitable option for relaxation on this beach.
Post By Deti Lucara | Jogjamag volume 19 Januari 2014
Selasa, 21 Oktober 2014
Set Sail To Karimun Jawa
Discover java's snorkeling paradise
Yogyakarta is the starting point for many types of trips across Java. You can choose your own adventure from all the intineraries featured at your homestay's reception area, but sometimes it is hard to know where to go next. If you are ready to take a break from touring temples, and like folowing the road less traveled, stow your Bali book in your bag and book aboat to Karimunjawa National Park.
Situated 80 km north of Central java are 27 tiny islands that comprise the area in and around Karimunjawa National Park. With a total population of less than 10.000 people, and many islands completely uninhabited, this remote marine reserve is teemin with opportunities for that postcard perfect moment that is just you, white sand, blue water, and millions of happy fish.
Once you are there, you will never want to leave Homestays, guesthouses, and a few resort offer housing for alla budgets. Friendly tour operators will fit you out with snorkel gear, and let you pick your islands- taking you out in small fishing boats with nothing but a cooler of drinks and some lunch supplies, while letting you drift by tropical scenes you previously thought only existed on your desktop.
To begin to appreciate the 250 species of fish, the 100 varieties of coral, as well as observe the 40 different types of bird, swim with sharks, and catch a glimpse of the local deer your should plan for at least 3 full days in the park, though 'island time' can quickly seep into your bones as the weeks roll by. It doesn't take much to imagine how this triopical paradise looked to the pirates, who sought refuge her, or to the British penal colony that was briefly in residence. Not much has changed in the last 300 years.
Landlubbers will encounter an interesting cultural blend between the java cultural from the island of Java, the Madura from the islands of the coast of Java, and the Bugis - the sailing culture that has been the source of pirate legends and the "boogey" man. These residents live haromoniously on the five inhabited park island, amongst palm tree coastlines and mangrove swamps.
The kinds of beauty you'll find both on land and underwater is no accident. Karimunjawa has retained its pristine environment and timeless feel thanks in part to limited seasonal tranportation options (see box). During the rainy season (oktober to April) the seas can be too high for the ferry to run, sometimes for weeks, and event in the dry (my to september) things can be doggy. If you have a plane you mu catch, be sure to check the weather in advance , and give yourself an extra day or so for the unexpected.
Some other things to keep in mind are that electricity is not available during the daytime, so bring extra batteries , and buy your ice in the early morning, keeping it locked safe in a cooler for the day's use. There is an ATM on the main island of Karimun, motorbikes available to rent, and a few small shops where you can buy a limitide selection of groceries. If you have the world's largest feet consider packing in your own flippers for snorkeling. (by sarah herz | Jogjamag hal 5 sept 2013)
Yogyakarta is the starting point for many types of trips across Java. You can choose your own adventure from all the intineraries featured at your homestay's reception area, but sometimes it is hard to know where to go next. If you are ready to take a break from touring temples, and like folowing the road less traveled, stow your Bali book in your bag and book aboat to Karimunjawa National Park.
Situated 80 km north of Central java are 27 tiny islands that comprise the area in and around Karimunjawa National Park. With a total population of less than 10.000 people, and many islands completely uninhabited, this remote marine reserve is teemin with opportunities for that postcard perfect moment that is just you, white sand, blue water, and millions of happy fish.
Once you are there, you will never want to leave Homestays, guesthouses, and a few resort offer housing for alla budgets. Friendly tour operators will fit you out with snorkel gear, and let you pick your islands- taking you out in small fishing boats with nothing but a cooler of drinks and some lunch supplies, while letting you drift by tropical scenes you previously thought only existed on your desktop.
To begin to appreciate the 250 species of fish, the 100 varieties of coral, as well as observe the 40 different types of bird, swim with sharks, and catch a glimpse of the local deer your should plan for at least 3 full days in the park, though 'island time' can quickly seep into your bones as the weeks roll by. It doesn't take much to imagine how this triopical paradise looked to the pirates, who sought refuge her, or to the British penal colony that was briefly in residence. Not much has changed in the last 300 years.
Landlubbers will encounter an interesting cultural blend between the java cultural from the island of Java, the Madura from the islands of the coast of Java, and the Bugis - the sailing culture that has been the source of pirate legends and the "boogey" man. These residents live haromoniously on the five inhabited park island, amongst palm tree coastlines and mangrove swamps.
The kinds of beauty you'll find both on land and underwater is no accident. Karimunjawa has retained its pristine environment and timeless feel thanks in part to limited seasonal tranportation options (see box). During the rainy season (oktober to April) the seas can be too high for the ferry to run, sometimes for weeks, and event in the dry (my to september) things can be doggy. If you have a plane you mu catch, be sure to check the weather in advance , and give yourself an extra day or so for the unexpected.
Some other things to keep in mind are that electricity is not available during the daytime, so bring extra batteries , and buy your ice in the early morning, keeping it locked safe in a cooler for the day's use. There is an ATM on the main island of Karimun, motorbikes available to rent, and a few small shops where you can buy a limitide selection of groceries. If you have the world's largest feet consider packing in your own flippers for snorkeling. (by sarah herz | Jogjamag hal 5 sept 2013)
Senin, 20 Oktober 2014
Let's a Trip to Gembira Loka Zoo
Gembira Loka Zoo is one of special tourism at Jogja. The Location is about 20 minutes from Adisucipto Airport or 15 minutes from Malioboro.
It is Located on 20 hectare area. It has 100 species fauna or wild animals and more than 50 species flora. The fauna collections such as Sumatra tiger, white tiger, camel, honey bear, orang utan, green peacock, tomato frog, some species birds and others.
" The concept of Gembira Loka Zoo is a family tourism and also a nature laboratory for student," The Marketing of Gembira Loka Zoo, Lucia Anna Novitasari said. A lot of fauna collection mkakes the zoo as a city lungs. The tourists who come to this zoo with their children may try Kolam Tangkap. The Children can play in the pool and find some small fish using a dragnet. the may take care the fish at home.
Ther is also Tangkap Ikan Arena, Refleksi ikan, Tunggang Gajah and Tunggang Unta. The visitor may interact to those animals. For example, they can ride camel or elephant with the animal tamer beside them.
If you're lucky,, you may see the attraction of animals and interact with orang utan. You can shake your hand, hug and take apicture with them," she said
The comfort visitors, the manager of zoo completes it with some facilities such foodcourt, a gift center, mosque, wide parking area, toilet and others. Ticket price of the zoo is quite cheap. Monday to Friday is about Rp 20.000 and Saturday to Sunday is about Rp 25.000. The visitor can buy ticket directly to the counter which is located at the front door or order it online from the website of the zoo
It is Located on 20 hectare area. It has 100 species fauna or wild animals and more than 50 species flora. The fauna collections such as Sumatra tiger, white tiger, camel, honey bear, orang utan, green peacock, tomato frog, some species birds and others.
" The concept of Gembira Loka Zoo is a family tourism and also a nature laboratory for student," The Marketing of Gembira Loka Zoo, Lucia Anna Novitasari said. A lot of fauna collection mkakes the zoo as a city lungs. The tourists who come to this zoo with their children may try Kolam Tangkap. The Children can play in the pool and find some small fish using a dragnet. the may take care the fish at home.
Ther is also Tangkap Ikan Arena, Refleksi ikan, Tunggang Gajah and Tunggang Unta. The visitor may interact to those animals. For example, they can ride camel or elephant with the animal tamer beside them.
If you're lucky,, you may see the attraction of animals and interact with orang utan. You can shake your hand, hug and take apicture with them," she said
The comfort visitors, the manager of zoo completes it with some facilities such foodcourt, a gift center, mosque, wide parking area, toilet and others. Ticket price of the zoo is quite cheap. Monday to Friday is about Rp 20.000 and Saturday to Sunday is about Rp 25.000. The visitor can buy ticket directly to the counter which is located at the front door or order it online from the website of the zoo
Sumber : Exploring Jogja | Vol I /may 2014
Jumat, 17 Oktober 2014
Gudeg Bu Lies Wijilan
Gudeg Bu Lies merupakan salah satu perusahaan pembuatgudeg bermetode kaleng. Sebuah kemajuan pesat manakala makanan tradisional hanya dapat disajikan langsung. Namun, semenjak pertemuannya dengan salah seorang staff LIPI, semua berubah. Gudeg kini dapat dinikmati dimana saja berada, diluar negeri sekalipun Gudeg kaleng Bu Lies dipasarkan di Singapura dan beberapa negara lain.
Semenjak melakoni bisnis 1994 silam, Hajjah Elies Dyah Dharmawati sering ditanya pelanggan, berapa lama gudeg dapat bertahan. Karena tahan kurang lebih 1 minggu, Lies akhirnya menemukan metode kaleng. Semenjak produksi awal 2011 silam, minat gudeg kaleng semakin naik. Hal ini menunjukkan minat positif dari pelanggannya.
Hingga perjuangan panjang selama puluhan tahun itulah, daerah Wijilan yang mulanya hanya dia yang berjualan gudeg, dinobatkan sebagai kawasan wisata kuliner yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Kegiatan ekonomi terutama wisata kuliner naik tajam. Atas kegigihannya dalam pelestarian masakan gudeg, Bu Lies mendapatkan penghargaan melaluiDinas Pariwisata & Kebudayaan Kota Yogyakarta, sebagai tokoh penerima anugerah kategori bidang pariwisata tahun 2013.
Semenjak melakoni bisnis 1994 silam, Hajjah Elies Dyah Dharmawati sering ditanya pelanggan, berapa lama gudeg dapat bertahan. Karena tahan kurang lebih 1 minggu, Lies akhirnya menemukan metode kaleng. Semenjak produksi awal 2011 silam, minat gudeg kaleng semakin naik. Hal ini menunjukkan minat positif dari pelanggannya.
(dikutip dari gudeg.net)
Kamis, 16 Oktober 2014
The Exotic of Parangtritis Beach
Parangtritis Beach is one of the special tourism of Jogja. It is located 27 kilometers south of Yogyakarta City and needed one hour to go there. Parangtritis also known as unique beach because t has a largest sand dune in South East Asia. Uniqueness of this sand dune attracts the researcher from Indonesia and other countries to come.
To access this beach is quite easy. The road infrastructure is goog enough so some tourist may ride their private car or common transportation to go there. As a special tourism destination, many tour and travel make Parangtritis Beach as one of their Jogja tour package.
A beautiful landscape at twilight makes this beach more and more exotic. So many tourists mostly come at twilight to enjoy the sunset, specially at the weekend. Parangtritis Beach not only offering exotic nature landscape but also the great adventures. The tourist may rent ATV or horse to go around the beach.
Recently, there appeare a sand boarding community but the activity hasn't scheduled yet because the sand dune always move.
The retribution ticket at Parangtritis is quite cheap, only Rp 5.000. The parking ticket for motorbike Rp 2.000 and for car Rp 5.000. For you who want to spend the holiday, you may choose hotel, homestay, inn and others. To stay for one night, there's some price you can choose, start from cheap one.
To access this beach is quite easy. The road infrastructure is goog enough so some tourist may ride their private car or common transportation to go there. As a special tourism destination, many tour and travel make Parangtritis Beach as one of their Jogja tour package.
A beautiful landscape at twilight makes this beach more and more exotic. So many tourists mostly come at twilight to enjoy the sunset, specially at the weekend. Parangtritis Beach not only offering exotic nature landscape but also the great adventures. The tourist may rent ATV or horse to go around the beach.
Recently, there appeare a sand boarding community but the activity hasn't scheduled yet because the sand dune always move.
" The most interesting view is sunset. We can't enjoy sunrise because mountain range cover up the sun at the east," warno said, one of the retribution employe of Parangtritis Beach.
The retribution ticket at Parangtritis is quite cheap, only Rp 5.000. The parking ticket for motorbike Rp 2.000 and for car Rp 5.000. For you who want to spend the holiday, you may choose hotel, homestay, inn and others. To stay for one night, there's some price you can choose, start from cheap one.
Exploring JOGJA| Vol I| May 2014
Jumat, 03 Oktober 2014
Karimun Jawa
siapa sih yang ga tau pulau Karimun Jawa?
Pulau yang sering disebut The Paradise of Java ini termasuk kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kepulauan ini juga telah ditetapkan sebagai taman nasional loh
Kenapa sih disebut Karimun Jawa???
Konon nih karimun jawa muncul dari sejarah saat putra Sunan Muria yang sekaligus murid Sunan Kudus yang dikenal 'nakal' yaitu 'Syekh Amir Hasan' dibuang ke kepulauan tersebut .Pulau Karimunjawa bila dilihat dari kejauhan seperti "kerimun-kerimun". Karena itulah pulau tersebut dinamai Karimun asal kata kerimun-kerimun.
Di Karimun Jawa terdapat beberapa pulau ada Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Seruni, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemoro Besar, Pulau Cemoro Kecil, Pulau Krakal Besar, Pulau Krakal Kecil, Pulau Nyamuk, Pulau Kumbang, Pulau Burung, Pulau Menyawakan, Pulau Kembar, Pulau Bengkoang, Pulau Mrican, Pulau Galean, Pulau Kateng, Pulau Sambungan, Pulau Genting, Pulau Gundul, Pulau Cendekian, Pulau Cilik, Pulau Sintok, Pulau Katang.
Di Pulau Karimun sangat cocok bagi kalian yang suka diving, snorkling, swimming, dan mengelilingi pulau dengan boat lalu berenang dengan hiu.
Sebagian besar penduduk Karimun Jawa beragama islam, dan masih mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Mayoritas penduduk Karimun jawa adalah suku Jawa, sisanya berasal daru suku bugis dan suku madura.
Penduduk Karimunjawa mempergunakan generator sebagai pembangkit tenaga listrik. Keterbatasan sumber tenaga ini menyebabkan listrik hanya menyala dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi.
Hmmm masih penasaran dengan Pulau Karimun Jawa??? Yuukkk gabung dengan Royal jogjaholic tour and travel, paket wisata karimun murah ada disini, tinggal tentuin aja hari dan tanggal berangkatnya.
Untuk info dan booking bisa di Custumer Service kami di
Pulau yang sering disebut The Paradise of Java ini termasuk kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kepulauan ini juga telah ditetapkan sebagai taman nasional loh
Kenapa sih disebut Karimun Jawa???
Konon nih karimun jawa muncul dari sejarah saat putra Sunan Muria yang sekaligus murid Sunan Kudus yang dikenal 'nakal' yaitu 'Syekh Amir Hasan' dibuang ke kepulauan tersebut .Pulau Karimunjawa bila dilihat dari kejauhan seperti "kerimun-kerimun". Karena itulah pulau tersebut dinamai Karimun asal kata kerimun-kerimun.
Di Karimun Jawa terdapat beberapa pulau ada Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Seruni, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemoro Besar, Pulau Cemoro Kecil, Pulau Krakal Besar, Pulau Krakal Kecil, Pulau Nyamuk, Pulau Kumbang, Pulau Burung, Pulau Menyawakan, Pulau Kembar, Pulau Bengkoang, Pulau Mrican, Pulau Galean, Pulau Kateng, Pulau Sambungan, Pulau Genting, Pulau Gundul, Pulau Cendekian, Pulau Cilik, Pulau Sintok, Pulau Katang.
Di Pulau Karimun sangat cocok bagi kalian yang suka diving, snorkling, swimming, dan mengelilingi pulau dengan boat lalu berenang dengan hiu.
Sebagian besar penduduk Karimun Jawa beragama islam, dan masih mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Mayoritas penduduk Karimun jawa adalah suku Jawa, sisanya berasal daru suku bugis dan suku madura.
Penduduk Karimunjawa mempergunakan generator sebagai pembangkit tenaga listrik. Keterbatasan sumber tenaga ini menyebabkan listrik hanya menyala dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi.
Hmmm masih penasaran dengan Pulau Karimun Jawa??? Yuukkk gabung dengan Royal jogjaholic tour and travel, paket wisata karimun murah ada disini, tinggal tentuin aja hari dan tanggal berangkatnya.
Untuk info dan booking bisa di Custumer Service kami di
Royal Jogjaholic Tour And Travel
Jl. Mangkuyudan No 66B
Mantrijeron Yogyakarta 55142
Mantrijeron Yogyakarta 55142
Telpon : (0274) 9500049
HP : 081226131692/ 085748666168
081904241744
081904241744
Twitter : @royaljogjaholic
E-mail : thejogjaholic@gmail.com
www.royaljogjaholic.tk
FB : Royal Jogjaholic
FB : Royal Jogjaholic
Kamis, 02 Oktober 2014
Paket Tour
Paket yang kami sediakan bervariatif
antara lain :
1. Paket Tour Jogja 3 hari 2 Malam
2. Paket Tour Bali 3 Hari 2 Malam
3. Paket Tour Bromo-Ijen 3 Hari 2 Malam
4. Paket Tour Karimun Jawa
5. Paket Tour Pulau Tidung
6. Paket Tour Malaysia
7. Paket Tour Singapure
8. Paket Tour Thailand
9. Dan Lain2
Untuk hari bisa menyesuaikan kebutuhan custumer.
Selain itu kami juga melayani kegiatan-kegiatan seperti
a. Outing
b. Outbond
c. Game race
d. Offroad
e. Rafting
Silahkan menghubungi Custumer Care kami jika ingin menanyakan lebih lanjut tentang harga dan aktivitas yang diinginkan ^_^
antara lain :
1. Paket Tour Jogja 3 hari 2 Malam
2. Paket Tour Bali 3 Hari 2 Malam
3. Paket Tour Bromo-Ijen 3 Hari 2 Malam
4. Paket Tour Karimun Jawa
5. Paket Tour Pulau Tidung
6. Paket Tour Malaysia
7. Paket Tour Singapure
8. Paket Tour Thailand
9. Dan Lain2
Untuk hari bisa menyesuaikan kebutuhan custumer.
Selain itu kami juga melayani kegiatan-kegiatan seperti
a. Outing
b. Outbond
c. Game race
d. Offroad
e. Rafting
Silahkan menghubungi Custumer Care kami jika ingin menanyakan lebih lanjut tentang harga dan aktivitas yang diinginkan ^_^
ROYAL JOGJAHOLIC TOUR AND TRAVEL
Kantor kami berada di Jalan Mangkuyudan No. 66B, Mantrijeron Yogyakarta 55142.
Kami menyediakan beberapa paket wisata yaitu :
Paket Tour Yogyakarta
Paket Tour Karimun Jawa
Paket Tour Bromo-Malang
Paket Tour Bali
Merapi Treking
Rafting
Rent Car
Tur Pribadi
Tour Luar Negri
Tiket Online (Penerbangan, kereta api, dan voucher hotel), dan
Tavel.
Rabu, 01 Oktober 2014
Contac Us
Royal Jogjaholic Tour And Travel
Jl. Mangkuyudan No 66B
Mantrijeron Yogyakarta 55142
Mantrijeron Yogyakarta 55142
Telpon : (0274) 9500049
HP : 081226131692/ 085748666168
081904241744
081904241744
Twitter : @royaljogjaholic
E-mail : thejogjaholic@gmail.com
www.royaljogjaholic.tk
FB : Royal Jogjaholic
FB : Royal Jogjaholic
Daily Tour
A. Borobudur Sunrise From View Point (6 hours)
Leave at : 4 am
Price : Rp 130.000/person
Not include entrance Fee of the view point
B. Borobudur View Point-Prambanan (10 hours)
Leave at : 4 am
Price : Rp 175.000/person
Not include entrance Fee of the view point
C. Borobudur Only (No Sunrise) (5 Hours)
Leave at : 5.00 am
Price : Rp 130.000/person (without breakfast)
Rp 150.000/person (with breakfast)
Extra visit : Mendut Temple
D. Borobudur & Prambanan (non sunrise) (9 hours)
Leave at : 5.00
Price : Rp 150.000/person (without breakfast)
Rp 145.000/person (with breakfast)
Extra visit : Mendut Temple
E. Borobudur, Kaliurang & Prambanan (9 hours)
Leave at : 8 am
Price : Rp 175.000/person
Extra visit : Snack & Drink
F. Borobudur & Prambanan (9hours)
Leave at : 8 am
Price : Rp 130.000/person
G. Prambanan only (4 hours)
Leave at : 10.30 am
Price : Rp 100.000/person
H. Prambanan Afternoon (5 hours)
Leave at : 2 pm
Price : Rp 100.000/person
I. Borobudur Afternoon (5 hours)
Leave at : 2 pm
Price : Rp 100.000/person
J. Borobudur & Dieng Plateu
Leave at : 5 am
Price : Rp 400.000/person
Including : Snack and drink
K. Lava Jeep Merapi
Leave at : 8 am
Price : Rp 300.000/person
Including : Transport and Jeep
L. Ijo Temple Sunset
Leave at : 2 pm
Price : Rp 130.000/person
Including : Transport and Ticket
M. Solo, Suku & Cetho Temple (11 hours)
Leave at : 2 pm
Price : Rp 400.000/person
Including : Transport and Ticket
Leave at : 4 am
Price : Rp 130.000/person
Not include entrance Fee of the view point
B. Borobudur View Point-Prambanan (10 hours)
Leave at : 4 am
Price : Rp 175.000/person
Not include entrance Fee of the view point
C. Borobudur Only (No Sunrise) (5 Hours)
Leave at : 5.00 am
Price : Rp 130.000/person (without breakfast)
Rp 150.000/person (with breakfast)
Extra visit : Mendut Temple
D. Borobudur & Prambanan (non sunrise) (9 hours)
Leave at : 5.00
Price : Rp 150.000/person (without breakfast)
Rp 145.000/person (with breakfast)
Extra visit : Mendut Temple
E. Borobudur, Kaliurang & Prambanan (9 hours)
Leave at : 8 am
Price : Rp 175.000/person
Extra visit : Snack & Drink
F. Borobudur & Prambanan (9hours)
Leave at : 8 am
Price : Rp 130.000/person
G. Prambanan only (4 hours)
Leave at : 10.30 am
Price : Rp 100.000/person
H. Prambanan Afternoon (5 hours)
Leave at : 2 pm
Price : Rp 100.000/person
I. Borobudur Afternoon (5 hours)
Leave at : 2 pm
Price : Rp 100.000/person
J. Borobudur & Dieng Plateu
Leave at : 5 am
Price : Rp 400.000/person
Including : Snack and drink
K. Lava Jeep Merapi
Leave at : 8 am
Price : Rp 300.000/person
Including : Transport and Jeep
L. Ijo Temple Sunset
Leave at : 2 pm
Price : Rp 130.000/person
Including : Transport and Ticket
M. Solo, Suku & Cetho Temple (11 hours)
Leave at : 2 pm
Price : Rp 400.000/person
Including : Transport and Ticket
Langganan:
Postingan (Atom)